KENAPA HARUS YANG KONVENSIONAL?

“Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah, Indonesia adalah Negara yang Besar, Negara yang kaya Smber daya Alam,” sekilas kita teringat kalimat para pimpinan kita terdahulu, dengan bermaksud “membesarkan jiwa bangsa Indonesia” agar tidak pesimis terhadap Negara Negara lainya, namun tanpa di sadari justru menjadi racun buat generasi kita.

Kalimat tersebut saat ini telah membuat “sebagian” generasi kita enggan untuk berkarya, berinovasi, dan berkreasi, lantaran merasa dan ingat terus kalimat bahwa “KITA ADALAH NEGARA, BESAR DAN KAYA” jadi yang ada dalam pikiran mereka adalah “untuk apa berkarya,untuk apa berinovasi, dan untuk apa berkreasi”

Semua kekayaan tidak akan ada artinya tanpa di imbangi dengan pengetahuan untuk mengelolannya, sehingga tanpa di sadari juga dan tetap merasa kaya karena dengan memberikan konsesi kepada Perusahaan Asing untuk mengplorasinya, mengeksplotasinya dan bahkan untuk memasarkannya.

***

Sifat “Makelar” berhasil di tanamkan oleh “mitra” bangsa ini sampai detik ini dalam segala hal, tidak ada kemauan untuk melaksanakan sendiri “Swakelola” sehigga akan mendapatkan nilai tambah (margin) yang lebih Tinggi. Semua hanya berfikir untuk jangka pendek, itu adalah salah satu sifat MAKELAR.

Usaha SWAKELOLA sebenarnya sudah di rintis oleh para peneliti, namun tidak ada tanggapan positif oleh institusi yang punya kewajiban untuk mengembangkan lebih lanjut. Kalaupun ada penemuan hasil peneliti atau cendekiawan tidak dianggap dan tidak di kembangkan skala besar untuk kepentingan bersama, semua hanya sekedar bacaan yang tidak lebih berharga di banding membaca sebuah komik (selesai baca ya selesai juga – tidak ada tindak lanjutnya).

***
Untuk maju bukan hal yang susah….asal mempunyai komitmen yang sama, pertanaanya ……….apa mungkin? sementara setiap orang mempunyai kepentingan yang berbeda terhadap satu masalah.

Sebagai contoh halnya dalam pengelolaan jalan tol, dimana mana pintu tol selalu padat dan macet kilometeran. Apakah kaum pemikir (Peneliti=Red) tidak mikir mencari solusinya? Saya yakin banyak solusinya yang di tawarkan. Misalnya dengan menggunakan system RFID (Radio Frequency Indentification Device), Dalam lingkup kecil metode ini sudah di terapkan di pertokoan garment sebagai alat pendeteksi mutasi barang mulai dari Pabrik, gudang sampai dengan konsumen akan terlacak otomatis oleh pembaca RFID (semua pergerakan tidak di entri dengan manual/konvensional). Hal ini tidak mustahil di terapkan di segala lini yang kompatibel dengan hal tersebut.

Hal ini dapat juga di terapkan untuk pembayaran TOL tentunya dengan system integrated antara produsen kendaraan, Bank, Samsat dll instansi terkait. Namun perlu di ingat bahwa membuat system yang integrated di Negara ini adalah pekerjaan yang sangat sulit …….Kenapa ya…. (tidak perlu di jawab karena semua sudah tau jawabannya)

Keadaan itu hanyalah gambaran betapa ketidak pedulian antar stakeholder. Karena mempunyai kepentingan yang berbeda sehingga saling jegal agar bisnis lamanya tidak terusik.

Tenyata bangsa Indonesia masih suka dengan cara konvensional, karena dengan konvensional segala masih bisa di manupulasi, termasuk di lingkungan Departemen kita.

Tata persuratan masih menggunakan layanan POS, TIKI, paling hebat menggunakan Faximile, belum lagi ada aturan standart bahwa “Tidak Syah jika tidak stempel basah”. Paradikma ini mungkin perlu di ubah. Komunikasi terpenting adalah informasinya, keabsahan bisa di jadi prioritas kemudian.

Terlepas dari itu semua, dedikasi SDM dari Tingkat peng-agenda surat, pengirim surat sampai dengan Top Managemen sebagai Deccecion Maker. Semua harus peduli akan hal ini jika mau merubah hal yang konvensional menjadi hal yang lebih modern dan cepat. Ingat …. Alam memberikan ilmu “Siapa tidak cepat akan tergilas”

Mengantisipasi kecepatan adalah hal mutlak dalam pengambil keputusan, Solusi yang di tawarkan salah satunya dengan membuat standart dan mewajibkan pengiriman surat dengan format PDF via email. Yakinlah sedikit “kelambatan” tentang pengiriman surat atau arsip akan sedikit banyak tertangani, sehingga mempermudah dan memberikan waktu yang cukup untuk mengambil keputusan. Toh fasilitas setiap UPT pasti ada fasilitas jaringan telp/intrenet dan komputer (termasuk printer berwarna- untuk memvisualisasikan keaslian dokumen)

***

“Kecepatan suatu sistem di tentukan olah bagian yang terlambat”, secepat apapun kerja Pimpinan jika pelaksana lainnya di dalamnya lambat, maka kecepatan kerja pimpinan tidak ada gunannya. Apa hal ini akan di biarkan? Semua kembali kepada Pimpinan.

Namum Setiap orang adalah pimpinan, dengan demikian masing masing orang berperan artinya bahwa masing masing orang harus punya target berapa lama masing masing harus menyelesaikan pekerjaan, jangan berprinsif Asal Jadi tanpa memikirkan waktu, masih untuk mau mengerjakan, yag lebih parah adalah “untung-untuk bos lupa kasih tugas”

Dengan demikian kemauan masing masing orang untuk menyelesaikan tugasnya adalah wajib jika perubahan ingin di capai. Mulai dari lingkungan kecil yaitu Balai Taman Nasional Tanjung Putting…. Ayo kita mulai bersama. BERSAMA KITA BISA

Tinggalkan komentar